sewa sofa penyewaan sofa Rental sofa sewa sofa alat pemadam kebakaran

Keturunan peri-peri

Kamis, 16 September 2010 0 komentar


Inilah hati Ibuku. Ibuku Perempuan hebat keturunan peri-peri. Peri birahi.

Ibuku Perempuan hebat. Ia Wanita karir. Karirnya yang terakhir adalah sebagai pemecah batu di siang hari dan melacur di malam hari. Tarifnya 10-15 ribu sekali pakai. Di sana, di kawasan Gunung Bolo, Tulung agung.


Nasibnya memang sial, Tapi setidaknya masih bisa memberiku makan sebelum Bupati Tulung agung yang Anjing! lulusan sekolah tinggi korupsi itu menutup lokalisasi Bolo karena masuk berita.


Inilah hati Ibuku. Ibuku Perempuan hebat keturunan peri-peri

Mati dijambak teman-temannya sesama pelacur karena mau diwawancara waktu Bolo masuk berita. Wartawan Anjing! Berita juga Anjing!

Maksud hati menggambar realitas malah berakibat pelucutan mata pencaharian 84 lonte, 120 pedangang minuman, plus 99 tukang ojek.


Ibuku mati, ia pasti kembali menjadi peri

Kesialannya berakhir di samping kuburan cina

Di dalam kamar reyot 2 kali 2 dilengkapi 3 botol bir berisi air cebok.


Sepanjang hidupnya Ibuku memang akrab dengan tempat-tempat aneh

Dimulai dengan rumahnya di Sidoarjo yang lantainya Lumpur atapnya gas beracun.

Bapaknya mati gara-gara jengkel melihat senyum Aburizal Bakrie jadi ketua partai sementara ganti rugi Lumpur cuman cukup untuk makan sebulan.


Ibuku perempuan hebat. Ia tidak cantik dan tidak berpendidikan

Namun bisa bertahan hidup dengan merantau ke Tulung agung sebagai pemecah batu.

Hanya satu kesalahanya : Berpacaran dengan laki-laki yang tidak ternyata Preman penjaga perek di Gunung Bolo. Maka munculah aku, hasil sperma kombinasi Obat kuat dan anggur murah. Aku bayi bertubuh kecil dengan kepala besar . Berat kepalaku hampir sama dengan berat seluruh tubuhku. Rupaku meyedihkan bak pemenang piala gobel katagori bayi paling menyeramkan sedunia, maklum akulah gabungan obat kuat dan anggur murah konsumsi ayah sehari-hari.


Sejak saat itu Ayah hilang, Ibu kelimpungan cari bantuan. Ibu melesat ke Puskesmas-puskesmas namun tidak menembus meja receptionis karena terhambat uang pangkal, Ibu berlari ke kantor DPRD malah ditodong surat nikah, Ibu tertatih-tatih ke Gereja, ke Mesjid, ke Biara, malah dituduh pendosa dan didesak untuk bertobat. Ibu habis kesabaran, Ia hilang akal lalu mengutuk semua birokrat dan alim ulama itu, akibatnya Masyarakat juga menistakan kami berdua seperti penderita kusta stadium berat yang harus dijauhi.


Dalam kesulitan itu akal sehat Ibu kembali berfungsi. Ia berbisik kepadaku : “Nak jangan khawatir kita memang tidak bisa seperti Prita tapi Ibu berjanji kau akan tetap hidup dan sehat”.

Ibu kembali meniti karir, Siang jadi kuli batu, malamnya melacur di Gunung Bolo. Ibu membesarkanku dan mengajariku banyak hal. Ia berkata bahwa rupaku berbeda dengan anak-anak lain karena aku adalah perempuan hebat keturunan peri-peri. Fisikku sudah lemah sejak lahir, itu tidak bisa Ibu obati namun ibu selalu mengajarkan bahwa Hatiku mesti kuat, lebih kuat daripada batu. Jangan mengarapkan bantuan dari orang lain. Orang-orang sehat itu cuman berhati namun tidak berperasaan. Saat itu aku tidak mengerti apa ucapannya.


Setiap malam Ibu berdoa kepada Tuhan. Ia meminta suatu hari ketika Ia mati Tuhan bersedia menukarkan hatinya kepadaku. Ia takut hatiku tidak kuat seperti yang selalu ia ajarkan.


Ibuku perempuan hebat. Keturunan peri-peri. Mati dijambak teman-temannya sesama pelacur. Ia berhasil membesarkanku dan pelajarannya tentang hati telah banyak kutelan.

Aku memutuskan untuk membelah dada Ibu, mengambil hatinya dan membawanya ke puskesmas, Aku hanya ingin membuktikan bahwa hati Ibu tetap kuat biarpun sudah terpisah dengan badannya. Semua pekerja medis dari dokter sampai receptionis disana menangis begitu melihat seonggok hati di tanganku, perlahan mereka mulai tersedak dan satu per satu muntah tidak karuan. Mereka memuntahkan seluruh isi perutnya dari mulai makanan, usus, jantung, jeroan, dan HATI. Tidak seperti hati Ibuku, hati mereka langsung meledak begitu jatuh kelantai, hancur berkeping-keping dan serpihannya menjadi belatung yang merayap keseluruh lantai.


Aku pergi melesat, pemandangan disitu benar-benar menjijikan. Masih membawa hati Ibuku, aku sampai di depan gedung DPRD. Baru menginjakan kaki di tangga pertama tiba-tiba saja bangunan megah itu ambruk, fondasinya mendadak lembek, lebih lembek dari adonan kue ongol-ongol, atapnya berubah menjadi ragi tape ketan. Dan yang paling parah dindingnya, aroma bau anyir seperti darah menstruasi keluar dari dinding gedung wakil rakyat itu, di dalam dinding itu bertumpuk banyak hati manusia yang semuanya adalah wakil rakyat. Dinding itu telah menjadi tong sampah dari sekian banyak hati yang mati membusuk dalam kumpulannya yang terbuang.

Aku kembali melesat, pemandangan disitu lebih menjijikan daripada Pemandangan di Puskesmas. Masih membawa hati Ibuku, aku berlari melewati Gereja, Mesjid, dan Biara aku melihat beberapa alim ulama komat-kamit menyebut nama Tuhan sampai mulutnya kelu dan bibirnya lecet, lidah mereka putus tergigit giginya sendiri sampai akhirnya mereka mati tersedak. Aku ingat ketika Ibu berkata bahwa Rumah Tuhan sekarang banyak dikilir oleh petualang-petualang agama yang membawa hasut dan dengki.

Aku berlari sekencang-kencangnya, sambil menangis aku meneriakan nama Ibu dalam hati, aku bilang bahwa saat ini aku takut sekali. Aku tetap berlari entah sudah berapa mil aku berlari sampai satu kompi pasukan anti teror Densus 88 berseragam lengkap menagkapku dan menjebloskanku ke dalam sel.


Sebuah ruangan sempit dua kali dua, pengap dan bau pesing. Aku dituduh Teroris, sangking jengkelnya mereka memangil para ahli medis untuk meneliti apa aku manusia atau alien yang mempunyai kekuatan magis, untuk meneliti apakah seonggok hati yang aku bawa mengandung bahan peledak yang mematikan atau tidak. Mereka berkali-kali mencoba menghancurkan hati ibu dengan sinar lasser tapi hati itu tetap tidak hancur malah makin bersinar, mereka tidak berhenti mencoba dengan segala cara untuk menghancurkan hati Ibu. Proses ini membuat perasaanku hancur. Tidak aku pungkiri aku mulai ragu apakah aku manusia atau alien, diantara pejahat-pejahat lain rupaku paling aneh maklum aku adalah manusia cacat dari sperma gabungan obat kuat dan anggur murah. Disini, diantara manusia-manusia berparas normal pelanggar hukum ini aku kembali ingat apa yang selalu Ibu bilang:

Nak kuatkan hatimu, kelak kau akan melihat dan merasakan bahwa

Banyak orang berilmu tapi tidak bersikap

Banyak orang bermata tapi tidak melihat

Banyak orang berotak tapi tidak berpikiran

Banyak orang berkaki tapi tidak berpendirian

Banyak orang berhati tapi tidak berperasaan”


Ibuku perempuan hebat. Keturunan peri-peri.

Disini, di dalam sel ini aku kini benar-benar mengerti apa yang ia ajarkan, apa yang Ia bilang tentang “Orang yang terpinggirkan”…




Lenteng agung, 30 maret 2010

Gilank Apple Sanggili

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 NYAK-NYOK NGEBLOG | alat pemadam